Drupadi

“Adakah perempuan yang lebih menderita daripada aku? Diseret, dijambak, dihina habis-habisan, bahkan ditelanjangi di depan banyak orang! Adakah perempuan yang tidak sakit hati dan mau berusaha membebaskan suaminya dari perbudakan setelah dirinya dijadikan taruhan oleh suaminya? Apakah putri Raja Drupada yang terlahir dari api kurban ini harus mengalami penderitaan tak kunjung habis? Haruskah istri lima kesatria perkasa ini menanggung malu seumur hidup karena tidak bisa memenuhi sumpahnya? Akankah penantianku selama tiga belas tahun sia-sia karena sikap kalian yang seperti ini? Oh Dewata! Kenapa nasibku seperti ini?”

***

Drupadi lahir akibat dendam melalui api kurban yang disulut oleh Drupada. Sebagai puteri hitam manis yang cantik dan dijunjung di seluruh negeri, pernikahannya diadakan melalui sayembara. Tersebutlah Arjuna, yang berhasil memboyong Sang Puteri pulang dalam pengembaraannya dan kelak Puteri tersebut menjadi isteri bukan hanya Arjuna, namun juga keempat saudaranya.

Buku ini mengisahkan garis besar hidup Drupadi mulai dari lahir hingga terbalaskan dendamnya yaitu pasca perang Bharathayuddha. Hal itu menyebabkan ada bagian-bagian yang terasa menggantung ketika tiba-tiba ada tokoh-tokoh baru yang muncul. Memang kisah ini diupayakan sedemikian rupa hanya menghadirkan kisah Drupadi yang bersumber dari Kisah Klasik Mahabaratha (menurut blurbnya). Sayangnya, di dalam tidak disertai bibliografi untuk bacaaan lebih lanjut dan catatan untuk beberapa istilah Jawa. Meski memang penulisnya sendiri adalah seorang yang lama berkecimpung di dunia sastra Jawa Kuna.

Untuk melengkapi narasi, tersedia pula ilustrasi yang digambar oleh Pak Bima, salah satu dosen Sastra Jawa di UGM. Ilustrasi khas wayang tersebut menghiasi beberapa halaman isi saat Drupadi lahir, menjadi bahan taruhan, dalam masa penyamaran, dsb.

Dalam kisah Drupadi yang singkat ini pun sarat dengan petuah-petuah khas pewayangan yang merupakan simbolisasi dari kehidupan manusia. Beberapa di antaranya: ketika Drona menawan Drupada dan hendak membebaskannya, “Arjuna, bebaskan Drupada dan antarkan dia kembali ke Pancala. Jangan perlakukan di sebagai tawanan. Hormati dia sebagaimana engkau menghormati seorang raja-karena Drupada adalah sahabat terbaikku dulu, kini, dan kelak.” hal. 12

Lalu nasihat Dretarasta pada anaknya, Duryodhana yang selalu iri pada sepupu mereka, para Pandhawa: “Anakku terkasi, engkau dan Pandawa bersaudara. Tak pantas engkau iri pada mereka. Kejayaan Pandawa adalah kejayaan kita juga. Janganlah kaupupuk rasa dengkimu itu. Kau sudah mendapatkan semuanya. Mengapa hatimu masih juga diliputi rasa iri terhadap saudara-saudaramu? Apa lagi yang kauinginkan, Nak?” hal. 20

Drupadi berbagi cerita pada Setyaboma, salah satu istri Kresna: “…Sudah sepantasnya seorang istri tidak mementingkan diri sendiri, tidak mudah marah, tidak suka membicarakan kejelekan orang lain, dan tidak mudah cemburu. Seorang istri harus bisa menjadi teman bicara yang baik bagi suaminya. Ia harus banyak belajar agar wawasannya luas. Ia harus rajin merawat tubuh dan pandai berdandan secara pantas dan wajar. Bukan cantik lahirnya yang penting, melainkan cantik hatinya. Hanya itu, tak ada rahasia. Kau pun tentu sudah tahu, Setyaboma.” hal. 48

Lewat kisah ini memang banyak pelajaran yang bisa diambil. Bagi yang menginginkan bacaan pengantar untuk kisah wayang, buku tipis ini bisa menjadi bahan bacaan.

disklaimer foto:

camera (c) tab ASUS punya unni Febri

buku (c) bukan punya saya

Judul buku: Drupadi: Permaisuri Pandawa yang Teguh Hati

Pengarang: Apriastuti Rahayu

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cetakan pertama: 2006

Tebal: 110 halaman

ISBN: 979-22-2129-8

Tinggalkan komentar